pengunjung

Anda pengunjung ke : Redcounter :
Counter Powered by  RedCounter
Assalamu ’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dan Salam Sejahtera.Selamat datang di blog, http://azay-ste.blogspot.com || Terima Kasih atas kunjungan anda di blog ini mudahan semua isi blog ini bermanfa'at buat kalian semua...

MAKALAH FIQH MUAMALAH (KAJIAN DALAM JUAL BELI)

BAB I       :PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Allah swt. telah menjadikan manusia masing-masing saling membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan kepentingan hidup masing-masing, baik dengan jalan jual-beli, sewa-menyewa, bercocok tanam, atau perusahaan yang lain-lain, baik dalam utusan kepentingan sendiri maupun untuk kemaslahatan umum. Dengan cara demikian kehidupan masyarakat menjadi teratur dan subur, pertalian yang satu dengan yang lain pun menjadi teguh. Akan tetapi, sifat loba dan tamak tetap ada pada manusia, suka mementingkan diri sendiri supaya hak masing-masing jangan sampai tersia-sia, dan juga menjaga kemaslahatan umum agar pertukaran dapat berjalan dengan lancar dan teratur. Oleh sebab itu, agama memberi peraturan yang sebaik-baiknya, karena dengan teraturnya muamalat, maka penghidupan manusia jadi terjamin pula dengan sebaik-baiknya sehingga perbantahan dan dendam-mendendam tidak akan terjadi.





B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan muamalat ?
2.      Apa yang dimaksud jual beli ?
3.      Sebutkan dan jabarkan rukun-rukun yang berlaku dalam jual beli !
4.      Sebutkan dan jabarkan syarat-syarat jual beli !
5.      Hukum apa saja yang mempengaruhi terjadinya jual beli ?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui definisi Muamalat.
2.      Mengetahui definisi dan konsep jual beli.
3.      Mengetahui rukun-rukun apa saja yang ada dalam jual beli.
4.      Mengetaui syarat-syarat dan dalil-dalil dalam jual beli.
5.      Mengetahui huku-hukum islam yang mempengaruhi jual beli.


BAB II      :PEMBAHASAN
A.  Pengertian Muamalat
Muamalat ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditentukan, seperti jual -beli, sewa-menyewa, upah-mengupah, pinjam-meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat dan usaha lainnya.
B.  Pengertian Jual Beli Menurut Bahasa Dan Syara’
1.      Jual Beli Menurut bahasa
Jual beli (Al-bai’u) secara bahasa merupakan masdar dari kata (Baa’a)  bermakna memiliki dan membeli. Kata aslinya keluar dari kata (Baa’a-Yabii’u) karena masing-masing dari dua orang yang melakukan akad
meneruskannya untuk mengambil dan memberikan sesuatu. Orang yang
melakukan penjualan dan pembelian disebut  (Al-bai’ani) Jual beli diartikan juga
“pertukaran sesuatu dengan sesuatu”. Kata lain dari al-bai’ adalah asy-syira’,
al-mubadah dan at-tijarah.

2.      Jual Beli Menurut syara’
Pengertian jual beli  Al-bai’u  secara syara’ adalah Jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara’ dan disepakati.

C.    Rukun Jual Beli
            Menurut jumhur ulama, rukun jual beli itu ada 4 :
1.      Akad (ijab qabul)[1]
            Ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli
belum dikatakan sah sebelum ijab dan qabul dilakukan sebab ijab qabul
menunjukkan kerelaan (keridhaan). Ijab qabul boleh dilakukan dengan
lisan dan tulisan.Ijab qabul dalam bentuk perkataan dan/atau dalam
bentuk perbuatan yaitu saling memberi (penyerahan barang dan
penerimaan uang).Menurut fatwa ulama Syafi’iyah, jual beli barangbarang
yang kecil pun harus ada ijab qabul tetapi menurut Imam an-Nawawi dan ulama Muta’akhirin Syafi’iyah berpendirian bahwa boleh jual
beli barang-barang yang kecil tidak dengan ijab qabul.Jual beli yang
menjadi kebiasaan seperti kebutuhan sehari-hari tidak disyarat kan ijab
qabul, ini adalah pendapat jumhur (al-Kahlani, Subul al-Salam, hal. 4).

2. Orang-orang yang berakad (subjek) Ada 2 pihak yaitu bai’
 (penjual) dan mustari (pembeli).
3. Ma’kud ‘alaih (objek)Ma’kud ‘alaih adalah barang-barang yang
 bermanfaat menurut pandangan syara’.
4. Ada nilai tukar pengganti barang dan Nilai tukar pengganti barang
     Yaitu dengan sesuatu yang memenuhi 3 syarat yaitu bisa menyimpan nilai
(store of value), bisa menilai atau menghargakan suatu barang (unit of
account) dan bisa dijadikan alat tukar (medium of exchange).
D. Syarat Jual Beli[2]
  1. Akad (ijab qabul/Sighat) [3]                                                                      
a.  Berhadap-hadapanPembeli dan penjual harus menunjukkan sighat
 akadnya kepada orang yang sedang bertransaksi dengannya yakni
 harus sesuai dengan orang yang dituju. Dengan demikian tidak sah
 berkata, “Saya menjual kepadamu!”. Tidak boleh berkata, “Saya
 menjual kepada Ahmad”, padahal nama pembeli bukan Ahmad.
b. Ditujukan pada seluruh badan yang akad,T idak sah berkata, “Saya
 menjual barang ini kepada kepala atau tangan kamu”.
c.  Qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab orang yang
 mengucapkan qabul haruslah orang yang diajak bertransaksi oleh
 orang yang mengucapkan ijab kecuali jika diwakilkan.
d.       Harus menyebut kan barang dan harga
e.  Ketika mengucapkan sighat harus disertai niat (maksud)
f.  Pengucapan ijab dan qabul harus sempurna,jika seseorang yang
sedang bertransaksi itu gila sebelum mengucapkan, jual beli yang
 dilakukannya batal.
g. Ijab qabul tidak terpisah antara ijab dan qabul tidak boleh diselingi
 oleh waktu yang terlalu lama yang menggambarkan adanya
 penolakan dari salah satu pihak.
h. Antara ijab dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lain
i.   Tidak berubah laf azh-lafazh ijab tidak boleh berubah seperti
 perkataan, “Saya jual dengan 5 dirham”, kemudian berkata lagi,
 “Saya menjualnya dengan 10 dirham”, padahal barang yang dijual
 masih sama dengan barang yang pertama dan belum ada qabul.
j.   Bersesuaian antara ijab dan qabul secara sempurna
k. Tidak dikaitkan dengan sesuatu akad tidak boleh dikaitkan dengan
 sesuatu yang tidak ada hubungan dengan akad.
l.   Tidak dikaitkan dengan waktu
2. Orang yang berakad (aqid)[4]
a.  Dewasa atau sadar aqid harus balig dan berakal, menyadari dan
 mampu memelihara diri dan hartanya. Dengan demikian, akad anak
 mumayyiz dianggap tidak sah.
b. Tidak dipaksa atau tanpa hak
c.  Islam, dianggap tidak sah orang kafir yang membeli kitab Al-Qur’an
 atau kitab-kitab yang berkaitan dengan dinul Islam seperti hadits,
 kitab-kitab fiqih atau membeli budak yang muslim.Allah Swt
 berfirman, “Dan Allah sekali-kali tidak memberi jalan bagi orang
 kafir untuk menghina orang mukmin”. (Q.S. An-Nisa’ 4 : 141)

d.       Pembeli bukan musuh Umat Islam dilarang menjual barang,
 khususnya senjata kepada musuh yang akan digunakan untuk
 memerangi dan menghancurkan kaum muslimin.

3. Ma’kud ‘alaih (Barang/objek yang diperjualbelikan)[5]
a.  Suci,(halal dan thayyib). Tidak sah penjualan benda-benda haram
    atau bahkan syubhat .
b. Bermanfaat menurut syara’.
c.  Tidak ditaklikan, yaitu dikaitkan dengan hal lain, seperti “jika ayahku
    pergi, kujual motor ini kepadamu”.
d.       Tidak dibatasi waktunya, seperti perkataan, “Kujual motor ini
    kepadamu selama 1 tahun” maka penjualan tersebut tidak sah
    karena jual beli merupakan salah satu sebab pemilikan secara
    penuh yang tidak dibatasi apapun kecuali ketentuan syara’.
e.  Dapat diserahkan cepat atau lambat , contoh :
  - Tidaklah sah menjual binatang yang sudah lari dan tidak dapat
    ditangkap lagi
  - Barang-barang yang sudah hilang
  - Barang-barang yang sulit diperoleh kembali karena samar,
    seperti seekor ikan yang jatuh ke kolam sehingga tidak diketahui
    dengan pasti ikan tersebut .
f.  Milik sendiri, Tidaklah sah menjual barang orang lain :
  - Dengan tidak seizin pemiliknya
 - Barang-barang yang baru akan menjadi pemiliknya
g. Diketahui (dilihat).
    Barang yang diperjual-belikan harus dapat diketahui banyaknya,
    beratnya,takarannya atau ukuran-ukuran lainnya. Maka tidak sah
    jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.
E. Hukum dan Sifat Jual Beli
  1.   Hukum-Hukum Jual Beli
Adapun hukum-hukum yang terkait dengan jual beli sebagai berikut :
a.  Mubah (boleh) merupakan hukum asal dari jual beli
b.   Wajib, umpamanya wali menjual harta anak yatim apabila terpaksa, begitu juga kadi menjual harta mufis (orang yang lebih banyak hutangnya dari pada hartanya)
c.  Haram, apabila terjadi suatu ketidakadilan terhadap pihak yang lain.
d.   Sunat, misalnya jual beli kepada sahabat atau famili yang dikasihi dan kepada orang yang  sangat membutuhkan barang itu.
2.            Sifat-Sifat Jual Beli
Ditinjau dari hukum dan sifat jual beli, jumhur ulama membagi jual beli menjadi 2 macam :
a.      Jual beli yang sah (shahih)
Jual beli yang shahih adalah jual beli yang memenuhi ketentuan syara’,
baik rukun maupun syarat nya.

b.      Jual beli yang tidak sah
Jual beli yang tidak sah adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu
syarat dan rukun sehingga jual beli menjadi rusak (fasid) atau batal.
Dengan kata lain menurut  jumhur ulama, rusak dan batal memiliki arti
yang sama.

F. Dalil (Dasar Hukum) Jual Beli
a. Dalil Alquran
“… padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”
(QS. Al Baqarah: 275)Al ‘Allamah As Sa’diy mengatakan bahwa di dalam
jual beli t erdapat manfaat dan urgensi sosial, apabila diharamkan maka
akan menimbulkan berbagai kerugian. Berdasarkan hal ini, seluruh
transaksi (jual beli) yang dilakukan manusia hukum asalnya adalah halal,
kecuali terdapat dalil yang melarang transaksi tersebut . (Taisir Karimir
Rahman 1/116)


b.    Dalil Hadis
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, profesi apakah yang
paling baik? Maka beliau menjawab, bahwa profesi terbaik yang
dikerjakan oleh manusia adalah segala pekerjaan yang dilakukan dengan
kedua tangannya dan transaksi jual beli yang dilakukannya tanpa
melanggar batasan-batasan syariat . (Hadits shahih dengan banyaknya
riwayat dan diriwayatkan Al Bazzzar 2/83, Hakim 2/10; dinukil dari     Taudhihul Ahkam 4/218-219). Rasulllah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
“Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam, sama beratnya
dan langsung diserahterimakan. Apabila berlainan jenis, maka juallah
sesuka kalian namun harus langsung diserahterimakan/secara kontan”
(HR. Muslim: 2970)











BAB III    :PENUTUP
KESIMPULAN
            Dalam pembahasan makalah ini yang membahas tentang “Hukum Islam tentang Muamalat”. Kami dapat menyimpulkan bahwa muamalah dalam ilmu ekonomi Islam memiliki makna hukum yang bertalian dengan harta, hak milik, perjanjian, jual-beli, utang-piutang, sewa-menyewa dan pinjam-meminjam. Juga hukum yang mengatur keuangan serta segala hal yang merupakan hubungan manusia dengan sesamanya, baik secara individu maupun masyarakat.
Tujuannya adalah agar tercapai suatu kehidupan yang tentram, damai dan bahagia serta sejahtera. Hal yang termasuk muamalah yaitu :
  1. Jual beli yaitu penukaran harta atas dasar saling rela hukum jual beli adalah mubah. Artinya hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka.
  2. Menghindari riba
Manusia berlomba-lomba untuk memperoleh harta kekayaan sebanyak mungkin. Mereka tidak memperdulikan harta tersebut dari sumber halal atau haram. Riba hukumnya haram dan Allah melarang untuk menggunakan/memakan barang dari hasil riba.


Dalam pelaksanaan jual beli juga ada rukun jual beli yaitu :
  • Penjual dan pembeli
  • Uang dan benda yang dibeli
  • Lafaz ijab dan Kabul












DAFTAR PUSTAKA

Zuhaili,Wahbah.2002.Al Muamalah al-maliyyah al-mu’ashirah.Damaskus. Dear al Fikr
RasjidSulaiman, 2008, Fiqih Islam (Hukum Figh Lengkap), Bandung : Sinar Baru     Algesindo.
DjuwainiDimyauddin, 2010,Pengantar Fiqh Muamalah,Yogyakarta:PUSTAKA PELAJAR




[1] Dimyauddin Djuwaini,Pengantar FIQH MUAMALAH,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010) h.50,51
[2] Zuhaili,Wahbah.2002.Al Muamalah al-maliyyah al-mu’ashirah.Damaskus. Dear al Fikr
[3] Peahngantar FIQH MUAMALAH, h.54
[4] Pengantar FIQH MUAMALAH, h.55
[5] Pengantar FIQH MUAMALAH, h.57



Artikel yang berhubungan :



0 komentar:

Posting Komentar

Kirim Koment anda sebagai NAMA/URL, Masukka nama Anda dan URL anda, URL bisa diisi sembarangan.
contoh URL : BLOG INI, Friendster, Blog kamu, DLL


KIRIM SEKARANG KOMENTAR ANDA DI SINI

 
Resolution: 1024x768px | Best View:

Powered By Blogger | Portal Design By azay kun || Spooky the evil © 2009