pengunjung

Anda pengunjung ke : Redcounter :
Counter Powered by  RedCounter
Assalamu ’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh dan Salam Sejahtera.Selamat datang di blog, http://azay-ste.blogspot.com || Terima Kasih atas kunjungan anda di blog ini mudahan semua isi blog ini bermanfa'at buat kalian semua...

Seminar Sumber Daya Alam.


SEMINAR SUMBER DAYA ALAM

PEMBANGUNAN EKONOMI BERBASIS SUMBER DAYA ALAM


BAB I

PENDAHULUAN

Sumber daya alam di Indonesia adalah segala potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses produksi. Sumber daya alam ialah semua kekayaan alam baik berupa benda mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Proses terbentuknya sumber daya alam di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :

1.      Secara astronomis, Indonesia terletak di daerah tropik dengan curah hujan tinggi menyebabkan aneka ragam jenis tumbuhan dapat tumbuh subur. Oleh karena itu Indonesia kaya akan berbagai jenis tumbuhan.

2.      Secara geologis, Indonesia terletak pada pertemuan jalur pergerakan lempeng tektonik dan pegunungan muda menyebabkan terbentuknya berbagai macam sumber daya mineral yang potensial untuk dimanfaatkan.

3.      Wilayah lautan di Indonesia mengandung berbagai macam sumber daya nabati, hewani, dan mineral antara lain ikan laut, rumput laut, mutiara serta tambang minyak bumi.

Persebaran Sumber Daya Alam

Hayati teridiri dari sumber daya alam hewani dan nabati yang tersebar didarat dan laut selain hutan yang luas, Indonesia memiliki perkebunan dan pertanian tersebar hampir di seluruh Indonesia.

Jumlah dan kualitas sumber daya alam sangat banyak dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia selain itu kualitasnya pun sangat bagus sehingga dapat diekspor di berbagai negara sehingga dapat memenuhi devisa negara.

Jenis sumber daya alam yang diekspor seperti minyak bumi, gas alam dan bahan tambang lainnya serta hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan pariwisata selain itu hasil industri juga dapat diekspor keluar negeri.

Pemanfaatan Sumber Daya Alam

Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai modal dasar, sumber daya alam harus dimanfaatkan sepenuh-penuhnya tetapi dengan cara yang tidak merusak. Oleh karena itu, cara-cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat memelihara dan mengembangkan agar modal dasar tersebut makin besar manfaatnya untuk pembangunan dimasa datang.

Tenaga ahli memanfaatkan sumber daya alam dengan teknologi yang canggih. Tenaga ahli yang bermutu akan menghasilkan bibit yang bermutu dan menghasilkan tanaman yang berkualitas dan menghasilkan industri yang berkualitas.

Teknologi yang digunakan beserta alat-alatnya yang berkembang dengan pesat dapat mempercepat dan mempermudah produktivitas alat-alat yang digunakan tenaga ahli Indonesia masih kurang canggih seperti di negara-negara maju tetapi tenaga ahli Indonesia masih bisa menghasilkan sumber daya alam yang memuaskan.

Pencemaran
Terjadi karena ulah manusia sendiri yang menyebabkan berubahnya keadaan alam karena adanya unsur-unsur baru atau meningkatnya sejumlah unsur baru sehingga menyebabkan berbagai jenis pencemaran seperti :

1.      Pencemaran udara : hasil limbah industri, limbah pertambangan, asap rokok, asap kendaraan bermotor karena mengeluarkan karbon monoksida, karbon dioksida, belerang dioksida yang menyebabkan udara tercemar dan susah bernafas.

2.      Pencemaran suara-suara dapat ditimbulkan dari bisingnya suara mobil, kereta api, pesawat udara dan jet.

3.      Pencemaran air dari pembuangan sisa-sisa industri secara sembarangan bisa mencemarkan sungai dan laut.

4.      Pencemaran tanah.

Pencemaran dapat dicegah dengan tidak membuang limbah sembarangan seperti pabrik-pabrik yang selalu membuang limbah, mengurangi kendaraan berasap dan mengurangi kebisingan yang ada dan banyak lagi yang lain.

Mengatasi pencemaran

a)      Dengan mengadakan penghijauan dan reboisasi, usaha penghijauan dan reboisasi hutan dapat mencegah rusaknya lingkungan yang berhubungan dengan air, tanah dan udara.

b)      Dengan membuat sengkedan pada lahan yang miring untuk mencegah erosi dan menjaga kesuburan tanah yang berbukit-bukit dan miring.

c)      Pengembangan daerah aliran sungai merupakan daerah peta terhadap kerusakan dan pencemaran karena sering terjadi pengikisan lapisan tanah oleh aliran sungai.

d)     Pengelolaan air limbah

Ø  dengan pengaturan lokasi industri agar jauh dari pemukiman penduduk

Ø   mencegah agar saluran air limbah jangan sampai bocor

Ø  industri yang menimbulkan air limbah, diwajibkan memasang peralatan pengendali pencemaran air.

e)      Penertiban pembuangan sampah dengan cara sebagai berikut :

1)      Dibakar

2)      untuk makan ternak

3)      untuk biogas

4)      untuk bahan pupuk

f)       Dengan mengadakan daur ulang terhadap bahan-bahan bekas dan sampah organik.

Pembangunan ekonomi ditentukan oleh banyak faktor. Faktor tersebut diantaranya adalah kondisi fisik (Termasuk iklim), lokasi geografi, jumlah dan kualitas sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), kondisi awal ekonomi, sosial dan budaya, peran pemerintah, perkembangan teknologi, kondisi ekonomi dan politik dunia, serta keamanan global.

Pemanfaatan lahan kosong yang memiliki berbagai macam sumber daya alam yang berlimpah baik biotik (Makhluk hidup, contohnya hewan dan tumbuhan) maupun abiotik (Benda mati, contohnya barang-barang tambang) dengan strategi dan perencanaan yang baik akan menghasilkan potensi ekonomi yang baik pula.

Pertama yang dilakukan adalah membuka lahan kosong yang dipergunakan sebagai pemukiman untuk tempat tinggal penduduk. Dari pemukiman tersebut, penduduk akan berusaha membuat, mencari dan mengelola kebutuhan pangan sendiri. Kemudian mulai berkembang pemanfaatan sumber daya alam yang menyusul munculnya lahan pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan pertambangan.

Pemanfaatan sumber daya alam menjadi lahan pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan pertambangan akan menghasilkan suatu produk. Dari pertanian akan menghasilkan barang-barang contohnya padi atau beras, perkebunan akan menghasilkan buah-buahan atau sayur mayur, dari perikanan akan menghasilkan berbagai macam ikan, peternakan akan menghasilkan daging, dari pertambangan akan menghasilkan macam-macam logam seperti emas, perak, dan tembaga. Dengan hasil produk penduduk, maka terbentuklah pasar sebagai pusat perdagangan di kawasan tersebut. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, dibangun sebuah pabrik untuk meningkatkan proses produksi dengan mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi. Disana akan terjadi penambahan nilai suatu barang (value added) yang akan meningkatkan produktifitas dan efesiensi.

Paparan diatas secara tidak langsung terjadi suatu roda perputaran ekonomi yang kecil. Perlu dibangun suatu pemerintahan untuk mengatur semua kegiatan tersebut. Kemudian dibangun perusahaan dan perindustrian yang merupakan inti dari suatu sistem ekonomi, selain itu juga untuk meningkatkan investasi baru dan penyerapan tenaga kerja. Namun suatu saat seiring berkembangnya penduduk, sumber daya alam akan habis sementara kebutuhan penduduk semakin meningkat yang akan mengakibatkan pencarian lahan baru sampai lahan kosong tersebut menjadi area industri yang maju.

Tetapi perlu diingat semakin berkembangnya teknologi, akan semakin sempit lahan yang dimiliki. Perlu di bangun suatu hutan lindung untuk para hewan dan tumbuhan untuk menjaga keseimbangan ekosistem agar tidak terjadi suatu bencana di kemudian hari.

Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah dengan strategi pembangunan ekonomi melalui pemanfaatan Sumber daya alam yang baik, meskipun lahan kosong dimanfaatkan dengan cara yang berbeda-beda akan menghasilkan hasil yang baik pula.

BAB II

PEMBAHASAN

Sejatinya bangsa Indonesia dikaruniai Allah dengan potensi yang lengkap untuk menjadi bangsa besar yang maju dan makmur. Potensi itu berupa kekayaan alam yang berlimpah, jumlah penduduk 238 juta jiwa (terbesar keempat di dunia), dan posisi geoekonomi yang sangat strategis (di jantung pusat perekonomian global, the Pacific Rim), tempat sekitar 45 persen dari total barang dan komoditas yang diperdagangkan di dunia dengan nilai 1.500 triliun dolar AS per tahun, ditransportasikan melalui laut Indonesia (UNCTAD, 2009).

Namun, sudah 66 tahun merdeka, status Indonesia masih sebagai negara berkembang dengan angka pengangguran dan kemiskinan yang tinggi serta daya saing ekonomi dan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) rendah. GNP per kapita Indonesia kini baru 3.000 dolar AS dengan kesenjangan antara kelompok penduduk kaya dan miskin yang lebar. Sementara itu, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand secara berurutan telah mencapai 42 ribu, 36 ribu, 11 ribu, dan 7.000 dolar AS dengan distribusi pendapatan di antara warga negaranya yang cukup merata.

Banyak faktor yang menyebabkan kita tertinggal, namun yang paling menentukan adalah belum adanya visi pembangunan ekonomi yang benar dan dilaksanakan secara konsisten serta berkesinambungan. Selama ini, setiap ganti pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, kebijakan pembangunan pun turut berubah. Apa yang dikerjakan oleh pemerintah yang lalu hampir semuanya dianggap salah.  Akibatnya, akumulasi kemajuan pembangunan menjadi lamban dan tidak signifikan.

Keunggulan kompetitif bangsa

Oleh sebab itu, di tengah arus globalisasi dan krisis global yang bersifat multidimensi (ekonomi, pangan, energi, dan global warming), bangsa Indonesia mulai sekarang juga (at a war-time speed) mesti mengembangkan sistem ekonomi nasional yang mampu mewujudkan kedaulatan pangan, energi, sandang, obat-obatan, mineral, dan kebutuhan pokok lainnya; dan secara simultan mengekspor barang dan jasa (goods and services)yang berdaya saing tinggi.

Atas dasar potensi yang kita miliki, permintaan yang terus meningkat, dan dinamika lingkungan strategis, maka sistem ekonomi nasional yang berdaya saing dan berdaulat itu paling mungkin diwujudkan melalui pembangunan ekonomi berbasis SDA (sumber daya alam), dengan menerapkan IPTEK dan etos kerja unggul. Sedikitnya ada enam alasan yang mendasari keyakinan tersebut.

Pertama, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia dengan kekayaan alam yang besar dan beragam.  Jika potensi ini dikelola secara profesional, dalam jangka pendek dan menengah (5-10 tahun), ekonomi berbasis IPTEK dan SDA akan mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkualitas, kesempatan kerja dalam jumlah besar, ketahanan pangan dan energi, dan daya saing secara berkelanjutan.

Sekadar contoh, bila kita dapat mengusahakan 500 ribu ha tambak udang (40 persen dari potensi total) dengan produktivitas rata-rata 3 ton per hektare per tahun (setengah produktivitas tambak di Thailand), dapat dihasilkan 1,5 juta ton udang dengan devisa sekitar 7,5 miliar dolar AS per tahun, lebih besar ketimbang devisa dari total ekspor tekstil dan produk tekstil saat ini yang hanya 6 miliar dolar AS. Tenaga kerja langsung (on farm)yang dapat disediakan oleh aktivitas tambak udang ini sekitar tiga juta orang.

Dengan mengusahakan 1 juta ha budidaya rumput laut (25 persen total potensi), dapat diproduksi sekitar 20 juta ton rumput laut kering per tahun. Bila kita ekspor 10 juta ton/tahun dengan harga sekarang 1 dolar AS per kg, akan diperoleh devisa sebesar 10 miliar dolar AS per tahun. Jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 3,5 juta orang.

Apalagi, kalau rumput laut itu diproses menjadi berbagai semi-refined products (seperti agar, karaginan, dan alginat) atau sekitar 500 jenis refined products (seperti bahan pencampur cokelat, milk shake, es krim, pasta gigi, shampoo, lotion, cat, tekstil, kertas, film, berbagai produk farmasi, dan biodiesel), tentu nilai tambah, devisa, pendapatan negara, tenaga kerja, dan multiplier effects yang dihasilkan menjadi berlipat ganda. Padahal, masih banyak komoditas perikanan lain yang harganya tinggi dan laku keras di pasar domestik ataupun ekspor, antara lain udang, tuna, kerapu, kakap, baronang, patin, nila, ikan hias, kerang mutiara, teripang, lobster, dan abalone.

Total luas lahan Indonesia yang cocok untuk perkebunan sawit sekitar 12 juta ha (terluas di dunia), dan baru diusahakan sekitar 7 juta ha. Pada 2010, Indonesia memproduksi 21 juta ton CPO (terbesar di dunia), diikuti oleh Malaysia 17 juta ton. Namun, produktivitas kebun sawit Indonesia rata-rata hanya 12 ton CPO/ha/tahun, jauh lebih rendah ketimbang Malaysia yang mencapai 25 ton CPO/ha/tahun. Sebanyak 65 persen ekspor Indonesia berupa CPO, dan 35 persen sisanya berupa produk olahan.

Malaysia 70 persen ekspornya berupa produk antara dan produk jadi, dan hanya 30 persen berupa CPO. Produk antara (intermediary products) dari CPO, antara lain adalah fatty acid, fatty alcohol, glycerine, dan methyl ether.  Dan, produk jadi (finished products)-nya, antara lain berupa minyak goreng, surfaktan, sabun, berbagai produk makanan, beragam produk farmasi, berbagai produk kosmetik, dan bioenergi.

Oleh sebab itu, bila kita mampu mengembangkan perkebunan sawit beserta segenap industri hilirnya secara optimal seperti di negara jiran itu, kita akan menjadi produsen CPO dan belasan produk hilirnya terbesar di dunia yang dapat menyerap tenaga kerja sekitar 5 juta orang, menghasilkan devisa sangat besar, dan sejumlah multiplier effects ekonomi lainnya.

Kita pun memiliki lahan pertanian yang cukup luas dan cocok untuk budidaya berbagai jenis tanaman pangan, seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, singkong, dan lainnya. Demikian pula halnya untuk hortikultura serta tanaman obat, termasuk jahe, kumis kucing, temu lawak, kunyik, dan lainnya. Selain minyak dan gas bumi, nusantara ini juga ka ya de ngan deposit batu bara, tembaga, emas, timah, nikel, bauk sit, mangan, bijih besi, dan bahan tambang serta mineral lainnya. Tiga tahun lalu, ditemukan sumber gas hidrat di laut Pantai Barat Sumatra dan Selatan Jawa, dengan kuantitas yang lebih besar dari total potensi migas di Indonesia.

Kedua, seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk Indonesia ataupun dunia yang akan mencapai 350 juta dan 8 miliar jiwa pada 2025, permintaan domestik ataupun global terhadap bahan pangan, energi, dan SDA beserta segenap produk hilirnya pun bakal berlipat ganda. Padahal, di negara-negara maju dan emerging economies, hampir semua ekosistem alamnya telah dikonversi menjadi perumahan, industri, jalan, dan prasarana pembangunan lainnya.

Oleh sebab itu, ke kayaan alam Indonesia merupakan keunggulan komparatif, yang dengan sentuhan tek nologi, etos kerja unggul, dan manajemen profesional, dapat kita transformasi menjadi ke unggulan kompetitif bangsa.

Modal ketiga, bahwa negara dengan penduduk lebih besar dari 100 juta jiwa, jika kebutuhan pangannya bergantung pada pasokan impor, maka akan susah maju dan mandiri (FAO, 2000). Keruntuhan Uni Soviet adalah salah satu bukti empiris dari fenomena ini. Keempat, sebagian besar kegiatan ekonomi berbasis SDA berlangsung di daerah pedesaan, pesisir, pulau-pulau kecil, dan di luar Jawa. Dengan demikian, itu membantu penyelesaian permasalahan bangsa yang hingga kini belum terpecahkan, yakni urbanisasi, brain drain, persebaran penduduk yang tidak merata, dan disparitas pembangunan antarwilayah.

Kelima, sehubungan dengan banyaknya SDA terbarukan, jika dikelola secara bijaksana, ekonomi berbasis SDA dapat menjamin pembangunan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan. Keenam, mayoritas rakyat Indonesia (75 persen) bekerja di sektor ekonomi berbasis SDA. Jika kita mampu menjadikan sektor ekonomi ini lebih efisien, berdaya saing, berkeadilan, dan berkelanjutan, akan tumbuh kembang berbagai basis usaha ekonomi rakyat dan pusat-pusat kemakmuran yang tidak hanya terkonsentrasi di wilayah perkotaan dan Pulau Jawa.

Lebih dari itu, 75 persen rakyat Indonesia, termasuk petani dan nelayan yang makmur itu, tentu akan membeli  buku, sepatu, lemari es, televisi, handphone, sepeda motor, mobil, dan produk lainnya. Dengan demikian, industri elektronik, otomotif, ICT, manufakturing, dan sektor industri serta jasa lainnya pun akan lebih maju dan berkembang.

Teknologi merupakan faktor penting dalam pengembangan industri. Pemilihan jenis teknologi untuk industri membutuhkan kecermatan, karena kesalahan dalam pemilihan jenis dan tingkat kecanggihannya dapat menyulitkan pengelolaan industri di kemudian hari. Pemilihan jenis teknologi berpotensi menimbulkan permasalahan yang dilematis terutama berkaitan dengan faktor pendukung industri penting lainnya yakni SDM (manpower) sebagai tenaga kerja. Dalam negara berkembang dengan populasi tinggi, pengembangan industri diharapkan menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi masalah pengangguran (unemployment). Tetapi di sisi lain semakin tinggi tingkat teknologi yang diadopsi suatu industri semakin sedikit membutuhkan tenaga kerja manusia. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat teknologi semakin sedikit penyerapan tenaga kerja, dan sebaliknya semakin rendah tingkat teknologi diharapkan semakin banyak menyerap tenaga kerja. Karena itu kebijakan menerapkan padat teknologi sekaligus padat karya dapat menyulitkan pengembangan suatu industri sebagaimana dicontohkan pada industri pesawat terbang PTDI di atas. Dengan contoh tersebut, pemilihan jenis dan tingkat kecanggihan teknologi perlu dilakukan secara hati-hati dengan berbagai pertimbangan termasuk faktor kelimpahan tenaga kerja.

Dari uraian dalam subbagian Bahan Baku di atas, dapat diamati bahwa industri yang dapat dikembangkan di Kabupaten Purworejo dsk memiliki pilihan yang luas, dari teknologi sederhana, madya bahkan dapat diterapkan teknologi tinggi. Industri (kreatif) budidaya jamur, kerajinan tangan (gerabah, ukiran, dll) misalnya masih dapat dipilih pada jenis teknologi madya atau sederhana. Di sisi lain meskipun industri pembuatan sereal dapat diarahkan menggunakan teknologi madya, tetapi ketelitian, kebersihan dan pengetahuan tentang bahan pangan industri ini membutuhkan teknologi tinggi, yang melibatkan teknologi pangan. Sehingga industri ini selain membutuhkan peralatan dan mesin-mesin canggih juga membutuhkan sumber daya manusia berpendidikan tinggi (ahli gizi, ahli teknologi pertanian, insinyur teknik kimia, dlsb). Secara teknologi sederhana merang (kulit padi) dapat digunakan sebagai bahan baku media tanam, tetapi dengan teknologi pula merang dapat digunakan sebagai bahan baku industri arang aktif, yang jika dikehendaki hasil berkualitas baik memerlukan teknologi tinggi.

Sumber Daya Manusia (Manpower):

Telah diuraikan dalam bagian Teknologi di atas bahwa pilihan tingkat teknologi berkaitan langsung dengan ketersediaan tenaga kerja. Dalam konteks inilah bila terdapat banyak jumlah tenaga dan ledakan angkatan kerja, kebijakan pengembangan industri yang bersifat padat karya perlu dipertimbangkan. Jenis industri (kreatif) dengan karakter yang justru mengurangi penerapan teknologi adalah industri-industri (kreatif) yang membutuhkan aktifitas dan pekerjaan manusia yang sedikit atau bahkan tidak bisa digantikan oleh mesin. Pekerjaan-pekerjaan tersebut biasanya berkarakter mengandalkan ketrampilan kerajinan tangan seperti melukis, mengukir, memahat, membatik (tulis), menyulam (bukan membordir), dll. Karena itu industri (kreatif) jenis kerajinan tangan berpotensi dikembangkan di negara dengan tenaga kerja melimpah, sehingga menjadi industri yang lebih bersifat padat karya.

Meskipun di Kabupaten Purworejo belum cukup memiliki infrastruktur dan lingkungan akademik yang memenuhi syarat untuk pengembangan industri (kreatif) berteknologi tinggi, namun sumber daya manusia yang (pernah) ada di Purworejo masih dapat dimanfaatkan untuk membantu pembangunan Purworejo. Telah banyak putra putri Purworejo mengenyam pendidikan tinggi meskipun tidak berdomisili di Purworejo. Inilah aset yang perlu dimanfaatkan secara jeli oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo. Mereka dapat diundang, diajak, dan diminta bantuannya untuk membangun Purworejo. Forum Simposium ini merupakan awal yang baik jika pihak-pihak yang berkepentingan mampu melanjutkan guliran bola salju yang telah menggelinding menuruni bukit. Sehingga moment ini dapat terus diarahkan untuk kepentingan pengembangan industri kreatif dan pada akhirnya membangun ekonomi kreatif Purworejo.

Lembaga Finansial:

Dari kacamata ekonomi, sebenarnya di Indonesia telah banyak tersedia lembaga pemodalan, termasuk untuk membangun industri. Selain lembaga perbankan yang sudah sangat banyak, terdapat lembaga pemodalan lain seperti lembaga Pemodalan Nasional Madani (PNM). Hal penting yang diperlukan dalam masalah ini adalah aturan yang memudahkan bagi pengucuran modal khususnya untuk mendukung industri kreatif. Aturan setiap lembaga pemodalan (termasuk bank) kan mengacu pada atauran pusat karena itu pemerintah pusat menjadi kunci perubahan dalam peraturan yang akomodatif dalam pengembangan industri kreatif.

Meskipun lembaga pemodalan memegang peran penting, namun banyak industri kreatif yang dapat dimulai dengan modal kecil yang tidak tergantung pada lembaga pemodalan. Banyak contoh industri kreatif yang sukses berkembang dari sumber pemodalan tabungan dan aset pribadi dalam jumlah terbatas. Salah satu bidang misalnya industri kerajinan tangan yang dimulai dari industri rumahan (home industry). Banyak industri pakaian jadi, bordir, sablon, batik, dan lainnya bermula dari modal pribadi dalam jumlah terbatas.

Karena itu dapat disimpulkan bahwa bila aturan pengucuran modal dari lembaga pemodalan dinilai belum cukup akomodatif, industri kreatif tetap dapat dimulai dengan modal terbatas. Kuncinya terletak pada kreatifitas dan keuletan calon industriawannya. Peran pemerintah yang diharapkan adalah sisi pemasaran produk hasil industri kreatif termasuk pemasaran ke luar negeri.

Cetak biru pembangunan

Kalaupun ekonomi berbasis SDA hingga kini belum mampu menjadikan Indonesia sebagai negara yang maju dan makmur, itu karena penguasaan dan penerapan iptek yang masih rendah dalam bidang ekonomi ini. Pendekatan manajemen bisnisnya pun kebanyakan masih terpilah-pilah. Tidak ada keterpaduan antara sektor hulu (produksi) dan sektor hilir (pengolahan dan pemasaran). Industri hilir yang dapat meningkatkan nilai tambah produk SDA dan industri penunjangnya pun masih sangat lemah dan hampir semuanya kita impor.

Daya saing ekonomi berbasis SDA juga digerogoti oleh berbagai kegiatan ilegal (illegal logging, illegal mining, illegal fishing, dan illegal trading) yang merugikan negara sekitar Rp 200 triliun/tahun (Bappenas, 2009) dan oleh praktik KKN yang kian menjamur di lembaga eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Kontrak kerja sama dengan pihak asing di sektor migas, pertambangan, dan perkebunan juga diduga jauh lebih menguntungkan pihak asing dan membuat posisi tawar negara termarginalkan.

Kebijakan perdagangan internasional (ekspor-impor) selama ini hanya pandai mengekspor bahan mentah dan mengimpor produk jadi yang bernilai tambah lebih tinggi. Sementara itu, daya saing nasional belum digarap secara serius dan all out. Kita sudah membuka keran perdagangan bebas, seperti ACFTA. Dan, kebijakan politik ekonomi, termasuk kebijakan fiskal dan moneter (khususnya suku bunga, nilai tukar rupiah, dan fungsi intermediasi perbankan), pendidikan, tata ruang, lingkungan hidup, dan otonomi daerah, pun belum kondusif bagi tumbuh kembangnya ekonomi berbasis SDA.

Oleh sebab itu, guna mempercepat dan memaksimalkan peran ekonomi berbasis SDA sebagai lokomotif (prime mover) kemajuan serta kemakmuran bangsa, mulai sekarang kita mesti menerapkan pendekatan ganda (a dual-track strategy) dalam membangun ekonomi berbasis SDA.

Pada tataran mikroteknis, adalah tugas dan tanggung jawab masing-masing kementerian teknis terkait beserta stakeholders-nya untuk menjadikan setiap sektor ekonomi SDA mampu berkinerja maksimal. Yakni, dapat memproduksi berbagai komoditas SDA beserta segenap produk hilir dan jasa-jasa lingkungannya secara produktif, efisien, dan berdaya saing untuk memenuhi kebutuhan nasional dan pasar ekspor secara berkelanjutan.

Atas dasar peta tata ruang dan daya dukung lingkungannya di setiap wilayah kabupaten/kota, kita lakukan program intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi usaha produksi komoditas SDA. Dengan demikian, setiap kabupaten/kota bisa memiliki lebih dari satu produk SDA unggulan beserta sejumlah produk turunannya. Bayangkan, kalau satu kabupaten/kota memproduksi dua produk unggulan saja, berarti Indonesia minimal memiliki 960 produk SDA unggulan yang setiap saat siap memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Supaya produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan, setiap unit usaha (bisnis) di sektor ekonomi ini harus memenuhi skala ekonomi, menerapkan supply chain system secara terpadu dari produksi hingga ke pasar, dan menggunakan teknologi yang tepat serta ramah lingkungan pada setiap mata rantai dalam sistem bisnisnya.

Di setiap kabupaten/kota kita kembangkan dan perkuat industri hilir yang memproses SDA terbarukan maupun yang tak terbarukan menjadi produk jadi yang lebih bernilai tambah. Dengan demikian, dapat menciptakan lapangan kerja dan multiplier effects lebih besar. Industri peralatan dan mesin serta industri penunjang lainnya harus dibangun dan dikembangkan, khususnya di luar Jawa, dan lebih khusus lagi di kawasan timur Indonesia sesuai dengan potensi produksi SDA-nya.

Sarana untuk eksplorasi dan memproduksi beragam produk SDA, seperti bibit, benih, pupuk, pakan, obat-obatan, alat penangkapan ikan, peralatan kehutanan dan pertambangan, serta BBM harus disediakan dalam jumlah yang mencukupi dan kualitas yang baik di seluruh sentra produksi SDA di Tanah Air. Infrastruktur yang meliputi jaringan irigasi, jalan, listrik, telekomunikasi, transportasi laut, pelabuhan, bandara, air bersih, dan pasokan gas harus menjangkau seluruh sentra produksi ekonomi berbasis SDA di segenap wilayah nusantara. Ini sangat urgen untuk memastikan efisiensi dan kecepatan distribusi serta pemasaran produk ekonomi berbasis SDA dan juga di dalam mendatangkan segenap sarana serta peralatan eksplorasi dan produksi.

Dengan sistem ekonomi berbasis SDA seperti yang digambarkan di atas, diyakini bahwa setiap unit bisnis dalam sektor ekonomi ini, baik yang dijalankan oleh masyarakat secara individual, koperasi, BUMN, maupun swasta besar akan menguntungkan (profitable) dan berdaya saing secara berkelanjutan. Selanjutnya, pemerintah harus mendorong dan memfasilitasi kemitraan antara pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dengan perusahaaan skala besar, baik BUMN maupun swasta secara sinergis dan saling menguntungkan. Pemerintah juga harus memastikan bahwa gaji/pendapatan para karyawan/pekerja di setiap unit bisnis sektor ekonomi SDA bisa menyejahterakan mereka.

Pada tataran makro (politik-ekonomi), yang pertama kali harus dikerjakan adalah menurunkan suku bunga bank hingga sejajar dengan Malaysia, Thailand, Cina, India, dan emerging economies lainnya. Fungsi intermediasi perbankan untuk kelima sektor ekonomi SDA juga perlu segera diperbaiki. Nilai tukar rupiah mesti kondusif untuk daya saing sektor riil ini. Sektor pendidikan dan iptek mesti difokuskan untuk penguasaan dan penerapan tekonologi di lima sektor ekonomi SDA.

Apabila kita fokus dan konsisten mengimplementasikan blueprint pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan dan SDA ini secara berkesinambungan, diyakini tidak saja kita akan dapat mengatasi sejumlah problem kekinian berupa pengangguran, kemiskinan, dan rendahnya daya saing, tetapi juga mampu mewujudkan Indonesia sebagai bangsa besar yang maju, adil, makmur, dan berdaulat dalam waktu yang tidak terlalu lama, pada 2025 insya Allah.


BAB III

PENUTUP

Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumberdaya alam adalah menciptakan untuk selanjutnya mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan  ebutuhan hidup manusia dan keberlanjutan pemanfaatan dan keberadaan sumberdaya alam. Dengan demikian adalah juga merupakan keberlanjutan keberadaan dan layanan lingkungan (ecological services) bagi kehidupan manusia. Keterlanjutan pemanfaatan dan pencagaran sumberdaya alam didefinisikan sebagai suatu proses perubahan dimana kesinambungan pemanfaatan dan pencagaran sumberdaya alam, arah investasi pemanfaatan sumberdaya alam, dan perubahan kelembagaan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan perlindungan sumberdaya alam tersebut konsisten dengan sasaran pemanfaatan saat ini dan dimasa yang akan datang (World Commission on Environment and Development, 1987).

Data Spasial Lahan Kritis yang terkini sangat diperlukan untuk sinkronisasi perencanaan rehabilitasi hutan dan lahan. Data lahan kritis yang disusun dalam bentuk data spasial lahan kritis merupakan data yang tersimpan dalam format yang representatif dan accessible sehingga dapat diperoleh rekomendasi yang berdaya guna sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan rehabilitasi hutan dan lahan sehingga tercapainya keterlanjutan pemanfaatan sumberdaya alam.

Selain itu, penyusunan data spasial lahan kritis mempunyai arti yang sangat penting sebagai pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPDAS yaitu penyusunan rencana pengelolaan DAS dan penyajian informasi pengelolaan DAS.

Data Spasial Lahan Kritis Kota Manado memuat data lahan kritis serta parameter-parameter penyebab terjadinya lahan kritis. Dalam menganalisa,  berpedoman pada pedoman penyusunan data spasial lahan kritis tahun 2004 yang dikeluarkan oleh Dirjen RLPS Departemen Kehutanan.

Sebagaimana tujuan penyusunan, Data Spasial Lahan Kritis dapat dijadikan acuan/dasar penyusunan perencanaan pengelolaan sumberdaya alam untuk mencapai pembangunan sumberdaya alam yang berkelanjutan (sustainable development) baik oleh instansi perencana Pusat/Daerah ataupun para multipihak pemerhati lingkungan.

Pentingya peranan sumber daya alam dalam pembangunan berkelanjutan, tanpa menghindari kepunahan dari sumber daya alam itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan dan pengendalian melalui berbagai usaha antara lain:

a)      Pengambilan sumber daya alam tidak boleh melebihi tingkat pertumbuhan.

b)      Kapasitas lingkungan dalam menyerap pencemaran tidak boleh berkurang.

c)      Melestarikan fungsi lingkungan baik sebagai sumber bahan mentah maupun sebagai penampung limbah.

d)     Menyatukan pemikiran ekonomi dengan ekologi.

e)      Peran serta masyarakat setempat dalam pengelolaan sumber daya lingkungan ditingkatkan melalui penyuluhan-penyuluhan.




Artikel yang berhubungan :



0 komentar:

Posting Komentar

Kirim Koment anda sebagai NAMA/URL, Masukka nama Anda dan URL anda, URL bisa diisi sembarangan.
contoh URL : BLOG INI, Friendster, Blog kamu, DLL


KIRIM SEKARANG KOMENTAR ANDA DI SINI

 
Resolution: 1024x768px | Best View:

Powered By Blogger | Portal Design By azay kun || Spooky the evil © 2009